Kakao (Theobroma cacao)
Nama : Lisa Purnitasari
Npm : 1325010020
Progdi : Agroteknologi A
KAKAO
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Malvales
Famili: Malvaceae (Sterculiaceae)
Genus: Theobroma
Spesies: T.
cacao
Nama binomial
Theobroma cacao
kakao merupakan tumbuhan tahunan (perennial)
berbentuk pohon, di alam dapat mencapai ketinggian 10m. Meskipun demikian,
dalam pembudidayaan tingginya dibuat tidak lebih dari 5m tetapi dengan tajuk
menyamping yang meluas. Hal ini dilakukan untuk memperbanyak cabang produktif.
Bunga kakao, sebagaimana anggota Sterculiaceae
lainnya, tumbuh langsung dari batang (cauliflorous). Bunga sempurna berukuran
kecil (diameter maksimum 3cm), tunggal, namun nampak terangkai karena sering
sejumlah bunga muncul dari satu titik tunas. Bunga kakao tumbuh dari batang.
Penyerbukan bunga dilakukan oleh serangga (terutama
lalat kecil (midge) Forcipomyia, semut bersayap, afid, dan beberapa lebah
Trigona) yang biasanya terjadi pada malam hari1. Bunga siap diserbuki dalam
jangka waktu beberapa hari.
Kakao secara umum adalah tumbuhan menyerbuk silang
dan memiliki sistem inkompatibilitas-sendiri (lihat penyerbukan). Walaupun
demikian, beberapa varietas kakao mampu melakukan penyerbukan sendiri dan
menghasilkan jenis komoditi dengan nilai jual yang lebih tinggi.
Buah tumbuh dari bunga yang diserbuki. Ukuran buah
jauh lebih besar dari bunganya, dan berbentuk bulat hingga memanjang. Buah
terdiri dari 5 daun buah dan memiliki ruang dan di dalamnya terdapat biji.
Warna buah berubah-ubah. Sewaktu muda berwarna hijau hingga ungu. Apabila masak
kulit luar buah biasanya berwarna kuning.
POLA TANAM
- Pembibitan
- Biji kakao untuk benih diambil dari buah bagian tengah
yang masak dan sehat dari tanaman yang telah cukup umur Sebelum
dikecambahkan benih harus dibersihkan lebih dulu daging buahnya dengan abu
gosok
- Karena biji kakao tidak punya masa istirahat
(dormancy), maka harus segera dikecambahkan
- Pengecambahan dengan karung goni dalam ruangan,
dilakukan penyiraman 3 kali sehari
- Siapkan polibag ukuran 30 x 20 cm (tebal 0,8 cm) dan
tempat pembibitan
- Campurkan tanah dengan pupuk kandang (1 : 1), masukkan
dalam polibag
2.
Tanam Bibit
- Pada saat bibit kakao ditanam pohon naungan harus sudah
tumbuh baik dan naungan sementara sudah berumur 1 tahun
- Penanaman kakao dengan system tumpang sari tidak perlu
naungan, misalnya tumpang sari dengan pohon kelapa
- Bibit dipindahkan ke lapangan sesuai dengan jenisnya,
untuk kakao Mulia ditanam setelah bibit umur 6 bulan, Kakao Lindak umur
4-5 bulan
- Penanaman saat hujan sudah cukup dan persiapan naungan
harus sempurna. Saat pemindahan sebaiknya bibit kakao tidak tengah
membentuk daun muda (flush)
3.
Pemeliharaan Tanaman
- Penyiraman dilakukan 2 kali sehari (pagi dan sore)
sebanyak 2-5 liter/pohon
- Dibuat lubang pupuk disekitar tanaman dengan cara
dikoak. Pupuk dimasukkan dalam lubang pupuk kemudian ditutup kembali.
- Pemangkasan ditujukan pada pembentukan cabang yang
seimbang dan pertumbuhan vegetatif yang baik. Pohon pelindung juga
dilakukan pemangkasan agar percabangan dan daunnya tumbuh tinggi dan baik.
PENANAMAN POHON PELINDUNG
Pohon pelindung ada dua jenis, yaitu pohon pelindung sementara dan pohon pelindung tetap. Pohon pelindung sementara bermanfaat bagi tanaman yang belum menghasilkan, terutama yang tajuknya belum bertaut. Pohon pelindung tetap bermanfaat bagi tanaman yang telah mulai menghasilkan. Bibit pohon pelindung bisa diperoleh dengan cara generatif, yaitu dari hasil penyemaian biji atau dari hasil perbanyakan vegetatif (setek dan okulasi).
Pola penanaman antara bibit kakao dan bibit pohon pelindung adalah :
1. Pola tanam cokelat segi empat, pohon pelindung segi empat. Pada pola tanam ini, seluruh areal ditanami menurut jarak tanam yang ditetapkan. Pohon pelindung berada tepat pada pertemuna diagonal empat pohon cokelat.
2. Pola tanam cokelat segi empat, pohon pelindung segi tiga. Pada pola tanam ini, pohon pelindung terletak di antara dua gawangan dan dua barisan yang membentuk segi tiga sama sisi.
3. Pola tanam, cokelat berpagar ganda, pohon pelindung segi tiga. Pada pola tanam ini, pohon cokelat dipisahkan oleh dua kali jarak tanam yang telah ditetapkan dengan beberapa barisan pohon cokelat berikutnya. Dengan demikian, terdapat ruang di antara barisan cokelat yang bisa dimanfaatkan sebagai jalan
4. Pola tanam cokelat berpagar ganda, pohon pelindung segi empat.
Pohon pelindung ada dua jenis, yaitu pohon pelindung sementara dan pohon pelindung tetap. Pohon pelindung sementara bermanfaat bagi tanaman yang belum menghasilkan, terutama yang tajuknya belum bertaut. Pohon pelindung tetap bermanfaat bagi tanaman yang telah mulai menghasilkan. Bibit pohon pelindung bisa diperoleh dengan cara generatif, yaitu dari hasil penyemaian biji atau dari hasil perbanyakan vegetatif (setek dan okulasi).
Pola penanaman antara bibit kakao dan bibit pohon pelindung adalah :
1. Pola tanam cokelat segi empat, pohon pelindung segi empat. Pada pola tanam ini, seluruh areal ditanami menurut jarak tanam yang ditetapkan. Pohon pelindung berada tepat pada pertemuna diagonal empat pohon cokelat.
2. Pola tanam cokelat segi empat, pohon pelindung segi tiga. Pada pola tanam ini, pohon pelindung terletak di antara dua gawangan dan dua barisan yang membentuk segi tiga sama sisi.
3. Pola tanam, cokelat berpagar ganda, pohon pelindung segi tiga. Pada pola tanam ini, pohon cokelat dipisahkan oleh dua kali jarak tanam yang telah ditetapkan dengan beberapa barisan pohon cokelat berikutnya. Dengan demikian, terdapat ruang di antara barisan cokelat yang bisa dimanfaatkan sebagai jalan
4. Pola tanam cokelat berpagar ganda, pohon pelindung segi empat.
TEKNIK MEMETIK BUAH KAKAO
Untuk memanen kakao digunakan pisau tajam. Jika buah
tinggi maka pisau disambungkan dengan bambu. Pisau berbentuk huruf L, dengan
bagian tengah agak melengkung. Selama memanen buah kakao harus diusahakan untuk
tidak melukai batang/cabang yang ditumbuhi buah. Pelukaan akan mengakibatkan
bunga tidak akan tumbuh lagi pada tempat tersebut untuk periode berikutnya.
SOLUSI PENGENDALIAN HAMA PADA KAKAO
1.
Sarungnisasi,Solusi pengendalian
hama PBK pada tanaman Kakao
Sarungnisasi/penyarungan buah adalah salah satu cara
untuk mengendalikan hama PBK pada saat populasi PBK tinggi yang biasanya
terjadi pada saat musim buah sedikit.
Namun beberapa hal yang penting diperhatikan:
- sebaiknya
jangan melakukan pada musim hujan untuk mencegah timbulnya busuk buah.
- Lakukan
juga tindakan standar teknis lainnya seperti sanitasi,pemangkasan,panen
sering,dan pemupukan yang berimbang.
- tepat
dalam menyarungi buah umur buah 3 bulan, ukuran 8-10 cm
- Lakukan
pengontrolan setiap saat pada buah-buah yang disarungi untuk
memastikan tidak ada yang terserang busuk buah.
- bijaksana
dengan lingkungan dengan tidak membakar atau membenam plastic sisa
sarungnisasi, jika masiha dapat digunakan untuk kali berikutnya
gunakanlah, untuk menghemat biaya dan mencegah banyak pencemaran
lingkungan
2.
Ulat Kilan ( Hyposidea infixaria;
Famili : Geometridae ), Hama ini menyerang pada saat umur kakao berkisar antara
2-4 bulan. Serangan berat mengakibatkan daun muda tinggal urat daunnya saja.
Pengendaliannya dapat dilakukan dengan menggunakan Pestisida berdosis 5 - 10 cc
/ liter.
3.
Ulat Jaran / Kuda ( Dasychira
inclusa, Familia : Limanthriidae ), Ciri-ciri hama ini adalah terdapat
bulu-bulu gatal pada bagian dorsalnya yang menyerupai bentuk bulu (rambut) pada
leher kuda, terdapat pada marke 4 dan 5 berwarna putih atau hitam, sedang
ulatnya coklat atau coklat kehitam-hitaman. Pengendalian dengan musuh alami
predator Apanteles Mendosa dan Carcelia spp, semprot Pestisida.
4.
Parasa lepida dan Ploneta diducta
(Ulat Srengenge), Serangan dilakukan silih berganti karena kedua species ini
agak berbeda siklus hidup maupun cara meletakkan kokonnya, sehingga masa
berkembangnya akan saling bergantian. Serangan tertinggi pada daun muda, kuncup
yang merupakan pusat kehidupan dan bunga yang masih muda. Siklus hidup Ploneta
diducta 1 bulan, Parasa lepida lebih panjang dari pada Ploneta diducta.
Pengendaliannya dapat dengan menyemprotkan Pestisida.
5.
Kutu - kutuan ( Pseudococcus
lilacinus ), Kutu ini biasanya berwarna putih. bersimbiosis dengan semut hitam.
Gejala serangan : infeksi pada pangkal buah di tempat yang terlindung,
selanjutnya perusakan ke bagian buah yang masih kecil, buah terhambat dan
akhirnya mengering lalu mati. Pengendalian : tanaman terserang dipangkas lalu
dibakar, dengan musuh alami predator; Scymus sp, Semut hitam, parasit Coccophagus
pseudococci Natural BVR 30 gr/ 10 liter air atau Pestisida.
6.
Helopeltis antonii, Hama ini
menusukkan ovipositor untuk meletakkan telurnya ke dalam buah yang masih muda,
jika tidak ada buah muda hama menyerang tunas dan pucuk daun muda. Serangga
dewasa berwarna hitam, sedang dadanya merah, bagian menyerupai tanduk tampak
lurus. Ciri serangan, kulit buah ada bercak-bercak hitam dan kering,
pertumbuhan buah terhambat, buah kaku dan sangat keras serta jelek bentuknya
dan buah kecil kering lalu mati. Pengendalian dilakukan dengan Pestisida dosis
5-10 cc / lt (pada buah terserang), hari pertama semprot stadia imago, hari
ke-7 dilakukan ulangan pada telurnya dan pada hari ke-17 dilakukan terhadap
nimfa yang masih hidup, sehingga pengendalian benar-benar efektif, sanitasi
lahan, pembuangan buah terserang.
7.
Cacao Mot ( Ngengat Buah ),
Acrocercops cranerella (Famili ; Lithocolletidae). Buah muda terserang hebat,
warna kuning pucat, biji dalam buah tidak dapat mengembang dan lengket.
Pengendalian : sanitasi lingkungan kebun, menyelubungi buah coklat dengan
kantong plastik yang bagian bawahnya tetap terbuka (kondomisasi), pelepasan
musuh alami semut hitam dan jamur antagonis Beauveria bassiana ( BVR) dengan
cara disemprotkan, semprot dengan Pestisida.
8.
Penyakit Busuk Buah (Phytopthora
palmivora), Gejalanya adalah serangan dari ujung buah atau pangkal buah nampak
kecoklatan pada buah yang telah besar dan buah kecil akan langsung mati.
Pengendalian : membuang buah terserang dan dibakar, pemangkasan teratur, semprot
dengan Natural GLIO.
9.
Jamur Upas ( Upasia salmonicolor ),
menyerang batang dan cabang. Pengendalian : kerok dan olesi batang atau cabang
terserang dengan Natural GLIO+HORMONIK, pemangkasan teratur, serangan berlanjut
dipotong lalu dibakar.
Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan
menggunakan pestisida alami belum dapat mengatasinya maka dapat menggunakan
pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata
dan tidak mudah hilang oleh air hujan, tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis
+ 5 ml (1/2 tutup)/tangki.
Guna mencegah serangan-serangan hama yang merugikan
ini, bibitnya haruslah mempunyai mutu yang berkualitas. Karena jika menggunakan
bibit yang asal-asalan maka hama dan penyakit tanaman akan mudah menjangkiti
tanaman kita. Maka dari itu, CV. MITRA BIBIT berusaha memahami anda dengan
menyediakan bibit dan biji yang berkualitas. Untuk informasi lebih lanjut
mengenai pemesanan bibit dan biji dapat menghubungi kontak yang tersedia.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar