Selasa, 22 Oktober 2013

Membuat Pupuk Organik Cair


Nama : Jourdan Alexander N.

NPM :  1325010018

Jurusan : Agroteknologi A


Membuat pupuk organik cair

Kali ini saya akan membahas cara membuat pupuk organik cair. Pupuk organik cair dalam pembahasan ini mengacu pada pengertian pupuk organik dan pupuk kompos yang telah dibahas dalam artikel sebelumnya. Secara singkat bisa dikatakan pupuk organik cair adalah pupuk berfasa cair yang dibuat dari bahan-bahan organik melalui proses pengomposan.
Mengapa harus ditekankan demikian? Karena kami berpandangan pupuk organik tidak hanya mempunyai fungsi sebagai penyedia hara, melainkan juga berfungsi memperbaiki lingkungan sekitar tanaman, baik secara fisik, kimia, maupun biologi. Oleh karena itu pupuk organik bukan sekedar dibuat dari bahan-bahan organik, tetapi juga harus berkerja secara organis juga pada tanaman. Agar bisa dibedakan dengan pupuk organik cair yang banyak beredar dipasaran. Dimana pupuk tersebut dibuat dari bahan organik tetapi pembuatannya tidak melibatkan proses dekomposisi biologi, tetapi lebih menggunakan proses fisik, seperti pemanasan, ekstraksi, penguapan dan lain-lain.
Terdapat dua macam tipe pupuk organik cair yang dibuat melalui proses pengomposan. Pertama adalah pupuk organik cair yang dibuat dengan cara melarutkan pupuk organik yang telah jadi atau setengah jadi ke dalam air. Jenis pupuk yang dilarutkan bisa berupa pupuk hijau, pupuk kandang, pupuk kompos atau campuran semuanya. Pupuk organik cair semacam ini karakteristiknya tidak jauh beda dengan pupuk organik padat, hanya saja wujudnya berupa cairan. Dalam bahasa lebih mudah, kira-kira seperti teh yang dicelupkan ke dalam air lalu airnya dijadikan pupuk.
Pupuk cair tipe ini suspensi larutannya kurang stabil dan mudah mengendap. Kita tidak bisa menyimpan pupuk tipe ini dalam jangka waktu lama. Setelah jadi biasanya harus langsung digunakan. Pengaplikasiannya dilakukan dengan cara menyiramkan pupuk pada permukaan tanah disekitar tanaman, tidak disemprotkan ke daun.
Kedua adalah pupuk organik cair yang dibuat dari bahan-bahan organik yang difermentasikan dalam kondisi anaerob dengan bantuan organisme hidup. Bahan bakunya dari material organik yang belum terkomposkan. Unsur hara yang terkandung dalam larutan pupuk cair tipe ini benar-benar berbentuk cair. Jadi larutannya lebih stabil. Bila dibiarkan tidak mengendap. Oleh karena itu, sifat dan karakteristiknya pun berbeda dengan pupuk cair yang dibuat dari pupuk padat yang dilarutkan ke dalam air. Tulisan ini bermaksud untuk membahas pupuk organik cair tipe yang kedua.

Sifat dan karakteristik pupuk organik cair

Pupuk organik cair tidak bisa dijadikan pupuk utama dalam bercocok tanam. Sebaiknya gunakan pupuk organik padat sebagai pupuk utama/dasar. Pupuk organik padat akan tersimpan lebih lama dalam media tanam dan bisa menyediakan hara untuk jangka yang panjang. Sedangkan, nutrisi yang ada pada pupuk cair lebih rentan terbawa erosi. Namun di sisi lain, lebih mudah dicerna oleh tanaman.
Jenis pupuk cair lebih efektif dan efesien jika diaplikasikan pada daun, bunga dan batang dibanding pada media tanam (kecuali pada metode hidroponik). Pupuk organik cair bisa berfungsi sebagai perangsang tumbuh. Terutama saat tanaman mulai bertunas atau saat perubahan dari fase vegetatif ke generatif untuk merangsang pertumbuhan buah dan biji. Daun dan batang bisa menyerap secara langsung pupuk yang diberikan melalui stomata atau pori-pori yang ada pada permukaannya.
Pemberian pupuk organik cair lewat daun harus hati-hati. Jaga jangan sampai overdosis, karena bisa mematikan tanaman. Pemberian pupuk daun yang berlebih juga akan mengundang hama dan penyakit pada tanaman. Jadi, ketepatan takaran harus benar-benar diperhatikan untuk mendapatkan hasil maksimal.
Setiap tanaman mempunyai kapasitas dalam menyerap nutrisi sebagai makanannya. Secara teoritik, tanaman hanya sanggup menyerap unsur hara yang tersedia dalam tanah tidak lebih dari 2% per hari. Pada daun, meskipun kami belum menemukan angka persisnya, bisa diperkirakan jumlahnya tidak lebih dari 2%. Oleh karena itu pemberian pupuk organik cair pada daun harus diencerkan terlebih dahulu.
Karena sifatnya sebagai pupuk tambahan, pupuk organik cair sebaiknya kaya akan unsur hara mikro. Sementara unsur hara makro dipenuhi oleh pupuk utama lewat tanah, pupuk organik cair harus memberikan unsur hara mikro yang lebih. Untuk mendapatkan kandungan hara mikro, bisa dipilah dari bahan baku pupuk.

Cara membuat pupuk organik cair

  • Siapkan bahan-bahan berikut: 1 karung kotoran ayam, setengah karung dedak, 30 kg hijauan (jerami, gedebong pisang, daun leguminosa), 100 gram gula merah, 50 ml bioaktivator (EM4), air bersih secukupnya.
  • Siapkan tong plastik kedap udara ukuran 100 liter sebagai media pembuatan pupuk, satu meter selang aerotor transparan (diameter kira-kira 0,5 cm), botol plastik bekas akua ukuran 1 liter. Lubangi tutup tong seukuran selang aerotor.
  • Potong atau rajang bahan-bahan organik yang akan dijadikan bahan baku. Masukkan kedalam tong dan tambahkan air, komposisinya: 2 bagian bahan organik, 1 bagian air. Kemudian aduk-aduk hingga merata.
  • Larutkan bioaktivator seperti EM4 dan gula merah 5 liter air aduk hingga merata. Kemudian tambahkan larutan tersebut ke dalam tong yang berisi bahan baku pupuk.
  • Tutup tong dengan rapat, lalu masukan selang lewat tutup tong yang telah diberi lubang. Rekatkan tempat selang masuk sehingga tidak ada celah udara. Biarkan ujung selang yang lain masuk kedalam botol yang telah diberi air.
  • Pastikan benar-benar rapat, karena reaksinya akan berlangsung secara anaerob. Fungsi selang adalah untuk menyetabilkan suhu adonan dengan membuang gas yang dihasilkan tanpa harus ada udara dari luar masuk ke dalam tong.
  • Tunggu hingga 7-10 hari. Untuk mengecek tingkat kematangan, buka penutup tong cium bau adonan. Apabila wanginya seperti wangi tape, adonan sudah matang.
  • Pisahkan antara cairan dengan ampasnya dengan cara menyaringnya. Gunakan saringan kain. Ampas adonan bisa digunakan sebagai pupuk organik padat.
  • Masukkan cairan yang telah melewati penyaringan pada botol plastik atau kaca, tutup rapat. Pupuk organik cair telah jadi dan siap digunakan. Apabila dikemas baik, pupuk bisa digunakan sampai 6 bulan.
Cara membuat pupuk organik cair

Penggunaan pupuk organik cair

Pupuk organik cair diaplikasikan pada daun, bunga atau batang. Caranya dengan mengencerkan pupuk dengan air bersih terlebih dahulu kemudian disemprotkan pada tanaman. Kepekatan pupuk organik cair yang akan disemprotkan tidak boleh lebih dari 2%. Pada kebanyakan produk, pengenceran dilakukan hingga seratus kalinya. Artinya, setiap 1 liter pupuk diencerkan dengan 100 liter air.
Untuk merangsang pertumbuhan daun, pupuk organik cair bisa disemprotkan pada tanaman yang baru bertunas. Sedangkan untuk menghasilkan buah, biji atau umbi, pupuk disemprotkan saat perubahan fase tanaman dari vegetatif ke generatif. Bisa disemprotkan langsung pada bunga ataupun pada batang dan daun. Setiap penyemprotan hendaknya dilakukan dengan interval waktu satu minggu jika musim kering atau 3 hari sekali pada musim hujan. Namun dosis ini harus disesuaikan lagi dengan jenis tanaman yang akan disemprot.
Pada kasus pemupukan untuk pertumbuhan daun, gunakan pupuk organik cair yang banyak mengandung nitrogen. Caranya adalah dengan membuat pupuk dari bahan baku kaya nitrogen seperti kotoran ayam, hijauan dan jerami. Sedangkan pada kasus pemupukan untuk pertumbuhan buah, gunakan bahan baku pupuk yang kaya kalium dan fosfor, seperti kotoran kambing, kotoran sapi, sekam padi dan dedak. Kandungan setiap jenis material organik bisa dilihat di tabel berikut.
Secara sederhana bisa dikatakan, untuk membuat pupuk perangsang daun gunakan sumber bahan organik dari jenis daun-daunan. Sedangkan untuk membuat pupuk perangsang buah gunakan bahan organik dari sisa limbah buah seperti sekam padi atau kulit buah-buahan.


Sabtu, 19 Oktober 2013

kakao

Kakao (Theobroma cacao)

Nama : Lisa Purnitasari
Npm : 1325010020
Progdi : Agroteknologi A

KAKAO


Pohon kakao dengan buah 
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:  Plantae
Divisi:  Magnoliophyta
Kelas:  Magnoliopsida
Ordo:  Malvales
Famili: Malvaceae (Sterculiaceae)
Genus: Theobroma
Spesies: T. cacao
Nama binomial
Theobroma cacao

kakao merupakan tumbuhan tahunan (perennial) berbentuk pohon, di alam dapat mencapai ketinggian 10m. Meskipun demikian, dalam pembudidayaan tingginya dibuat tidak lebih dari 5m tetapi dengan tajuk menyamping yang meluas. Hal ini dilakukan untuk memperbanyak cabang produktif.
Bunga kakao, sebagaimana anggota Sterculiaceae lainnya, tumbuh langsung dari batang (cauliflorous). Bunga sempurna berukuran kecil (diameter maksimum 3cm), tunggal, namun nampak terangkai karena sering sejumlah bunga muncul dari satu titik tunas. Bunga kakao tumbuh dari batang.
Penyerbukan bunga dilakukan oleh serangga (terutama lalat kecil (midge) Forcipomyia, semut bersayap, afid, dan beberapa lebah Trigona) yang biasanya terjadi pada malam hari1. Bunga siap diserbuki dalam jangka waktu beberapa hari.
Kakao secara umum adalah tumbuhan menyerbuk silang dan memiliki sistem inkompatibilitas-sendiri (lihat penyerbukan). Walaupun demikian, beberapa varietas kakao mampu melakukan penyerbukan sendiri dan menghasilkan jenis komoditi dengan nilai jual yang lebih tinggi.
Buah tumbuh dari bunga yang diserbuki. Ukuran buah jauh lebih besar dari bunganya, dan berbentuk bulat hingga memanjang. Buah terdiri dari 5 daun buah dan memiliki ruang dan di dalamnya terdapat biji. Warna buah berubah-ubah. Sewaktu muda berwarna hijau hingga ungu. Apabila masak kulit luar buah biasanya berwarna kuning.

POLA TANAM
  1.  Pembibitan
  • Biji kakao untuk benih diambil dari buah bagian tengah yang masak dan sehat dari tanaman yang telah cukup umur Sebelum dikecambahkan benih harus dibersihkan lebih dulu daging buahnya dengan abu gosok
  • Karena biji kakao tidak punya masa istirahat (dormancy), maka harus segera dikecambahkan
  • Pengecambahan dengan karung goni dalam ruangan, dilakukan penyiraman 3 kali sehari
  • Siapkan polibag ukuran 30 x 20 cm (tebal 0,8 cm) dan tempat pembibitan
  • Campurkan tanah dengan pupuk kandang (1 : 1), masukkan dalam polibag
    2. Tanam Bibit
  • Pada saat bibit kakao ditanam pohon naungan harus sudah tumbuh baik dan naungan sementara sudah berumur 1 tahun
  • Penanaman kakao dengan system tumpang sari tidak perlu naungan, misalnya tumpang sari dengan pohon kelapa
  • Bibit dipindahkan ke lapangan sesuai dengan jenisnya, untuk kakao Mulia ditanam setelah bibit umur 6 bulan, Kakao Lindak umur 4-5 bulan
  • Penanaman saat hujan sudah cukup dan persiapan naungan harus sempurna. Saat pemindahan sebaiknya bibit kakao tidak tengah membentuk daun muda (flush)
    3. Pemeliharaan Tanaman
  • Penyiraman dilakukan 2 kali sehari (pagi dan sore) sebanyak 2-5 liter/pohon
  • Dibuat lubang pupuk disekitar tanaman dengan cara dikoak. Pupuk dimasukkan dalam lubang pupuk kemudian ditutup kembali.
  • Pemangkasan ditujukan pada pembentukan cabang yang seimbang dan pertumbuhan vegetatif yang baik. Pohon pelindung juga dilakukan pemangkasan agar percabangan dan daunnya tumbuh tinggi dan baik.
PENANAMAN POHON PELINDUNG

Pohon pelindung ada dua jenis, yaitu pohon pelindung sementara dan pohon pelindung tetap. Pohon pelindung sementara bermanfaat bagi tanaman yang belum menghasilkan, terutama yang tajuknya belum bertaut. Pohon pelindung tetap bermanfaat bagi tanaman yang telah mulai menghasilkan. Bibit pohon pelindung bisa diperoleh dengan cara generatif, yaitu dari hasil penyemaian biji atau dari hasil perbanyakan vegetatif (setek dan okulasi).

Pola penanaman antara bibit kakao dan bibit pohon pelindung adalah :
1. Pola tanam cokelat segi empat, pohon pelindung segi empat. Pada pola tanam ini, seluruh areal ditanami menurut jarak tanam yang ditetapkan. Pohon pelindung berada tepat pada pertemuna diagonal empat pohon cokelat.
2. Pola tanam cokelat segi empat, pohon pelindung segi tiga. Pada pola tanam ini, pohon pelindung terletak di antara dua gawangan dan dua barisan yang membentuk segi tiga sama sisi.
3. Pola tanam, cokelat berpagar ganda, pohon pelindung segi tiga. Pada pola tanam ini, pohon cokelat dipisahkan oleh dua kali jarak tanam yang telah ditetapkan dengan beberapa barisan pohon cokelat berikutnya. Dengan demikian, terdapat ruang di antara barisan cokelat yang bisa dimanfaatkan sebagai jalan
4. Pola tanam cokelat berpagar ganda, pohon pelindung segi empat.

TEKNIK MEMETIK BUAH KAKAO
Untuk memanen kakao digunakan pisau tajam. Jika buah tinggi maka pisau disambungkan dengan bambu. Pisau berbentuk huruf L, dengan bagian tengah agak melengkung. Selama memanen buah kakao harus diusahakan untuk tidak melukai batang/cabang yang ditumbuhi buah. Pelukaan akan mengakibatkan bunga tidak akan tumbuh lagi pada tempat tersebut untuk periode berikutnya.

 SOLUSI PENGENDALIAN HAMA PADA KAKAO

1.      Sarungnisasi,Solusi pengendalian hama PBK pada tanaman Kakao
Sarungnisasi/penyarungan buah adalah salah satu cara untuk mengendalikan hama PBK pada saat populasi PBK tinggi yang biasanya terjadi pada saat musim buah sedikit.
Namun beberapa hal yang penting diperhatikan:
  1. sebaiknya jangan melakukan pada musim hujan untuk mencegah timbulnya busuk buah.
  2. Lakukan juga tindakan standar teknis lainnya seperti sanitasi,pemangkasan,panen sering,dan pemupukan yang berimbang.
  3. tepat dalam menyarungi buah umur buah 3 bulan, ukuran 8-10 cm
  4. Lakukan pengontrolan setiap saat  pada buah-buah yang disarungi untuk memastikan tidak ada yang terserang busuk buah.
  5. bijaksana dengan lingkungan dengan tidak membakar atau membenam plastic sisa sarungnisasi, jika masiha dapat digunakan untuk kali berikutnya gunakanlah, untuk menghemat biaya dan mencegah banyak pencemaran lingkungan
2.      Ulat Kilan ( Hyposidea infixaria; Famili : Geometridae ), Hama ini menyerang pada saat umur kakao berkisar antara 2-4 bulan. Serangan berat mengakibatkan daun muda tinggal urat daunnya saja. Pengendaliannya dapat dilakukan dengan menggunakan Pestisida berdosis 5 - 10 cc / liter.

3.      Ulat Jaran / Kuda ( Dasychira inclusa, Familia : Limanthriidae ), Ciri-ciri hama ini adalah terdapat bulu-bulu gatal pada bagian dorsalnya yang menyerupai bentuk bulu (rambut) pada leher kuda, terdapat pada marke 4 dan 5 berwarna putih atau hitam, sedang ulatnya coklat atau coklat kehitam-hitaman. Pengendalian dengan musuh alami predator Apanteles Mendosa dan Carcelia spp, semprot Pestisida.

4.      Parasa lepida dan Ploneta diducta (Ulat Srengenge), Serangan dilakukan silih berganti karena kedua species ini agak berbeda siklus hidup maupun cara meletakkan kokonnya, sehingga masa berkembangnya akan saling bergantian. Serangan tertinggi pada daun muda, kuncup yang merupakan pusat kehidupan dan bunga yang masih muda. Siklus hidup Ploneta diducta 1 bulan, Parasa lepida lebih panjang dari pada Ploneta diducta. Pengendaliannya dapat dengan menyemprotkan Pestisida.

5.      Kutu - kutuan ( Pseudococcus lilacinus ), Kutu ini biasanya berwarna putih. bersimbiosis dengan semut hitam. Gejala serangan : infeksi pada pangkal buah di tempat yang terlindung, selanjutnya perusakan ke bagian buah yang masih kecil, buah terhambat dan akhirnya mengering lalu mati. Pengendalian : tanaman terserang dipangkas lalu dibakar, dengan musuh alami predator; Scymus sp, Semut hitam, parasit Coccophagus pseudococci Natural BVR 30 gr/ 10 liter air atau Pestisida.

6.      Helopeltis antonii, Hama ini menusukkan ovipositor untuk meletakkan telurnya ke dalam buah yang masih muda, jika tidak ada buah muda hama menyerang tunas dan pucuk daun muda. Serangga dewasa berwarna hitam, sedang dadanya merah, bagian menyerupai tanduk tampak lurus. Ciri serangan, kulit buah ada bercak-bercak hitam dan kering, pertumbuhan buah terhambat, buah kaku dan sangat keras serta jelek bentuknya dan buah kecil kering lalu mati. Pengendalian dilakukan dengan Pestisida dosis 5-10 cc / lt (pada buah terserang), hari pertama semprot stadia imago, hari ke-7 dilakukan ulangan pada telurnya dan pada hari ke-17 dilakukan terhadap nimfa yang masih hidup, sehingga pengendalian benar-benar efektif, sanitasi lahan, pembuangan buah terserang.

7.      Cacao Mot ( Ngengat Buah ), Acrocercops cranerella (Famili ; Lithocolletidae). Buah muda terserang hebat, warna kuning pucat, biji dalam buah tidak dapat mengembang dan lengket. Pengendalian : sanitasi lingkungan kebun, menyelubungi buah coklat dengan kantong plastik yang bagian bawahnya tetap terbuka (kondomisasi), pelepasan musuh alami semut hitam dan jamur antagonis Beauveria bassiana ( BVR) dengan cara disemprotkan, semprot dengan Pestisida.

8.      Penyakit Busuk Buah (Phytopthora palmivora), Gejalanya adalah serangan dari ujung buah atau pangkal buah nampak kecoklatan pada buah yang telah besar dan buah kecil akan langsung mati. Pengendalian : membuang buah terserang dan dibakar, pemangkasan teratur, semprot dengan Natural GLIO.

9.      Jamur Upas ( Upasia salmonicolor ), menyerang batang dan cabang. Pengendalian : kerok dan olesi batang atau cabang terserang dengan Natural GLIO+HORMONIK, pemangkasan teratur, serangan berlanjut dipotong lalu dibakar.

Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum dapat mengatasinya maka dapat menggunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan, tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki.
Guna mencegah serangan-serangan hama yang merugikan ini, bibitnya haruslah mempunyai mutu yang berkualitas. Karena jika menggunakan bibit yang asal-asalan maka hama dan penyakit tanaman akan mudah menjangkiti tanaman kita. Maka dari itu, CV. MITRA BIBIT berusaha memahami anda dengan menyediakan bibit dan biji yang berkualitas. Untuk informasi lebih lanjut mengenai pemesanan bibit dan biji dapat menghubungi kontak yang tersedia.

Sumber :

Selasa, 15 Oktober 2013

Cocos Mucifera L

Nama : Risky Aldiantoro
NPM  : 1325010019
Jurusan : Agroteknologi

Kelapa Kopyor (Cocos mucifera L)

Kelapa kopyor merupakan komoditas andalan yang bernilai ekonomi tinggi dan di cirikan oleh daging buah yang bertekstur gembur dan sebagian besar tidak melekat di tempurungnya serta rasa yang gurih pada buah yang mudah. Di Filipina, Jenis kelapa ini di sebut makapuno, di Srilangka dan Thailand disebut dikiri. Buah kopyor ini di duga berasal dari tanaman kelapa yang mengalami mutasi genetik secara alamiah. Kelapa berbuah kopyor adalah mutan kelapa yang ditemukan di antara populasi kelapa normal. Buah kelapa kopyor dapat dipasarkan dalam bentuk segar dan siap saji maupaun melalui pengolahan lebih dahulu

Di Indonesia, pemanfaatan kelapa kopyor lebih ditujukan untuk kebutuhan konsumsi bahan pangan berupa es kopyor, es krim kopyor, koktil, selei kopyor dan bahan campuran kue. Di Filipina, jenis produk yang dapat dihasilkan dari kelapa kopyor lebih beragam dan berkembang, antara lain makapuno coconut candy, pure makapuno preserve (buah kaleng), bokupai (kue kelapa) dan manisan. Produk produk ini telah di pasarkan secara luas di Filipina.

Hasil survei yang di laksanakan Balitka pada tahun 2006 menunjukan bahwa kelapa kopyor terdiri atas dua tipe, yaitu tipe Dalam dan tipe Genjah. Tipe Dalam terdapat di Kalianda (Lampung Selatan), Ciomas (Bogor), Sumenep dan Jombang (Jawa Timur) dan Pati (Jawa Tengah).

Di Kabupaten Pati Kelapa Kopyor Tipe Genjah tersebar di beberapa kecamatan, yaitu Tayu, Dukuhseti, Margoyoso, Wedarijaksa, Gembong dan Trangkil. Pertanaman kelapa kopyor ini dijumpai dalam bentuk tanaman tunggal dan populasi.

Berdasarkan riset Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan menilai kelapa kopyor (Cocos mucifera L) di Pati, Jawa Tengah, terbaik di Indonesia. Kelapa kopyor di kota bumi mina tani itu mendekati persentase kemurnian kelapa kopyor yang dikembangkan dengan teknik kultur embrio.

BUDIDAYA KELAPA KOPYROR SECARA SINGKAT :

Secara alami, tanaman kelapa kopyor tipe Dalam hanya menghasilkan buah kopyor 1-2 butir per tandan. Hal ini disebabkan kelapa tipe Dalam termasuk tanaman menyerbuk silang sehingga peluang bertemunya gen resisif pada bunga betina dan serbuk sari relatif kecil. Kelapa kopyor tipe Genjah menghasilkan buah kopyor per tandam lebih banyak dari tipe Dalam, kadang kadang dapat mencapai 50% hal ini disebabkan kelapa tipe Genjah termasuk tanaman menyerbuk sendiri sehingga peluang bertemunya gen resisif pada bunga betina dan serbuk sari lebih besar.

Buah kelapa kopyor tipe Dalam terdiri atas 3 warna, yitu hijau, hijau kekuningan dan coklat, hijau kekuningan, sedangkan buah kelapa kopyor tipe Genjah terdiri atas 5 warna, yaitu; hijau, hijau kekuningan, coklat tua, coklat muda, kuning, (gading wulan) dan orange (gading). Berdasarkan tipe buah, kelapa kopyor dengan daging buah yang tebal dan buahnya berwarna hijau dan coklat memiliki rasa yang lebih enak dan gurih.

Perbanyakan kelapa kopyor dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, cara konvensional, menggunakan benih yang berasal dari tandan yang menghasilkan buah kopyor. Tanaman yang di perbanyak dengan cara ini apabila telah berproduksi hanya menghasilkan 1-2 butir/tandan. Cara ini telah dilakukan oleh petani di kabupaten Pati. Kedua cara in vitro, yaitu menumbuhkan embrio dari buah kopyor pada media tumbuh buatan dalam kondisi aseptik di laboratorium. Tanaman yang di hasilkan dengan cara ini akan menghasilkan 90% hingga 100% buah kopyor. Tanaman kelapa kopyor yang di perbanyak dengan cara ini telah di tanam di Ciomas (Bogor), Riau dan Kalimantan Timur.

Oleh karena sifat sifat menyerbuk silang, maka bibit kelapa kopyor tipe Dalam hasil teknik in vitro harus di tanam pada areal teisolasi dari pertanaman kelapa biasa. Jarak yang dapat di tolelir adalah 400 m. Sebaliknya karena sifat menyerbuk sendiri, bibit kelapa kopyor tipe Genjah dapat di tanam pada areal yang tidak terisolasi terlalu ketat seperti tipe Dalam.

Seperti halnya dengan jenis tanaman kelapa lainnya, tanaman kelapa kopyor dapat di serang hama dan penyakit. Jenis hama utama yang dapat menyerang tanaman kelapa kopyor, antara lain Plesispa rechei Chapuis, Brontispa longissima Gestro, Oryctes rhinoceros L. dan Artona catoxantha. Penyakit yang dapat menyerang tanaman kelapa kopyor, antara lain; bercak daun, busuk kering, busuk janur, pendarahan batang, busuk pucuk, gugur buah dan penyakit yang di sebabkan oleh Phytoplasma. Pengendalian hama dan penyakit saat ini adalah dengan cara pegendalian hama dan penyakit terpadu dengan konsepsi analisis ekonomi.

Perhitungan kelayakan invenstasi kelapa kopyor berdasarkan atas pedoman teknik budidaya kelapa secara umum, yang meliputi; pembibitan, pengolahan tanah, penanaman, pemeliharaan, panen dan pasca panen. Secara umum, usaha tani kelapa kopyor cukup menjanjikan tetapi investasi yang di lakukan harus memenuhi beberapa kriteria kelayakan investasi

SEKILAS TENTANG KELAPA KOPYOR DI KABUPATEN PATI

Berdasarkan riset Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan menilai kelapa kopyor (Cocos mucifera L) di Pati, Jawa Tengah, terbaik di Indonesia. Kelapa kopyor di kota bumi mina tani itu mendekati persentase kemurnian kelapa kopyor yang dikembangkan dengan teknik kultur embrio.

Direktur Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan Witjaksana Darmosaskoro menyatakan hal itu seusai menandatangani kerja sama pembudidayaan kelapa kopyor bersama kelompok tani “Sarwono Makmur”, Desa Sambiroto, Kecamatan Tayu, serta Dinas Kehutanan dan Perkebunan Pati, pada hari Selasa tanggal 22 Mei 2012, di Ruang Pragolo Setda Kabupaten Pati.

Menindaklanjuti hal itu, PPKS membeli 1.200 kelapa kopyor grade C (berdiameter 15 sentimeter) dari petani. PPKS akan mengambil embrio kelapa kopyor itu untuk dibudidayakan dengan teknik kultur embrio.

Pati mengembangkan kelapa kopyor sejak 50 tahun lalu. Jenis kelapa kopyor yang dikembangkan adalah kelapa genjah hijau kopyor, genjah coklat kopyor, genjah kuning kopyor, dan oranye kopyor. Batang induk pohon kelapa kopyor itu sebanyak 1.951 pohon. Induk itu tersebar di sejumlah desa di Kecamatan Tayu, Dukuhseti, dan Margoyoso. Kelapa kopyor itu dikembangkan di tepi jalan, pekarangan, tepi sungai, dan kebun.

Hingga kini menurut Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan, luas tanam kelapa kopyor di Kabupaten Pati mencapai 378,09 ha. Tiga kecamatan yang memiliki areal per tanaman terluas yaitu Dukuhseti, Tayu, dan Margoyoso, dengan luas berturut-turut 132,60 ha, 131,55 ha, dan 69,50 ha.

Populasi kelapa genjah kopyor Pati, memiliki enam variasi warna buah, yaitu hijau, hijau kecoklatan, coklat, coklat kehijauan, kuning, dan oranye (gading), namun yang paling dominan adalah yang berwarna hijau, kuning, dan coklat. Ketiga varietas kelapa genjah kopyor tersebut menurut Pudjo telah dilepas Menteri Pertanian pada 29 Desember 2010 sebagai varietas unggul dengan nama Kelapa Genjah Coklat Kopyor, Kelapa Genjah Hijau Kopyor, dan Kelapa Genjah Kuning Kopyor. Hal ini dibuktikan dengan Surat Keputusan (SK) No. 3995/KPTR/SR/120/12/2010 yang siap dilepas untuk kelapa genjah varietas genjah cokelat kopyor. Berikutnya varietas genjah hijau kopyor dengan sertifikat No. 3936/KPTR/SR/120/12/2010, sedangkan genjah kuning kopyor sertifikat No. 3997/KPTR/SR/120/12/2010. Dengan adanya SK Menteri Pertanian itu, otomatis Kabupaten Pati sudah memiliki kekuatan hukum yang pasti sehingga diperlukan pengawasan yang benar-benar intensif agar hak kekayaan lokal yang sudah mendapat pengakuan secara nasional itu tidak dinikmati pihak lain yang tidak bertanggung jawab.

Rabu, 09 Oktober 2013

NANGKADAK

 Nama        : Ais Mukhammad R
NPM         : 1325010058
Progdi/gol : Agroteknologi B/A2
Fakultas    : Pertanian

NANGKADAK

         Nangkadak (Artocarpus nangkadak) merupakan tanaman buah hasil pemuliaan tanaman yang memiliki gabungan sifat unggul yang ada pada nangka dan cempedak. Tanamannya yang genjah dengan umur panen yang pendek dan daya adaptasinya yang luas dari dataran rendah sampai dataran tinggi, maka potensi pengembangannya akan lebih cepat.
Buah Nangkadak


       Pemuliaan (breeding) di bidang Hortikultura, khususnya buah-buahan tahunan masih sangat sedikit dilakukan di Indonesia. Mekarsari telah berhasil membuat inovasi baru dalam bidang pemuliaan tanaman buah tahunan dengan dilakukannya persilangan antar dua spesies yang berbeda dalam Famili Moraceae yaitu Nangka Mini (Artocarpus heterophyllus) sebagai tetua betina dengan Cempedak (Artocarpus integer) sebagai tetua jantan. Setelah menunggu dan mengevaluasi 100 tanaman keturunan (F1) selama ± 5 tahun, maka telah didapatkan satu tanaman unggulan yang diberi nama NANGKADAK. Buahnya merupakan perpaduan antara sifat-sifat unggul kedua tetua nangka dan cempedak. Produk seperti NANGKADAK ini sulit mendapat pesaing karena membutuhkan waktu yang lama dan biaya relatif besar, sehingga sangat jarang perusahaan atau institusi yang mengerjakan Pemuliaan Tanaman Tahunan.
    
       Nangka (Artocarpus heterophyllus) merupakan salah satu jenis buah bernilai ekonomi tinggi, karena buah matang dapat dikonsumsi segar atau diolah menjadi aneka makanan seperti keripik, dodol atau campuran es buah. Nangka memiliki sifat : Bobot buah besar (5 - 40 kg), kulit sulit dikupas karena kandungan getah tinggi, warna daging buah kuning sampai oranye, tekstur daging buah renyah, kenyal sampai lunak, daging buah tebal dilindungi dami yang menempel pada kulit, dan rasa buah manis sampai hambar.Cempedak (Artocarpus integer Murr.) memiliki sifat : Bobot buah kecil (3-4 kg), kulit dan daging buah mudah dilepas atau dikupas, buah relatif tidak bergetah, warna daging buah kuning pucat, daging buah tipis dengan tekstur halus dan berserat, rasa manis, dan aroma buah tajam.
         Nangkadak merupakan hasil pemuliaan tanaman tahunan yang menggabungkan sifat-sifat unggul dari dua spesies yang berbeda yakni nangka dan cempedak. Nangkadak menjawab kebutuhan konsumen untuk mendapatkan buah nangka yang ideal berukuran kecil buah habis sekali santap, mudah mengupasnya, tidak bergetah, beraroma lembut, dan rasa manis.Inovasi pemuliaan pada tanaman buah-buahan lain biasanya diakukan pada buah semusim seperti melon atau semangka. Hasil dari pemuliaannya hanya menyangkut satu sifat tertentu saja seperti : rasa lebih manis, ukuran buah lebih besar, dan produksi lebih tinggi.

Hasil pemuliaan nangka dengan cempedak memperbaiki 4 sifat sekaligus, yakni :
1.     Ukuran buah lebih kecil (sehingga buah habis sekali santap)
2.     Mudah mengupas kulit buahnya (praktis dan tidak bergetah)
3.     Berdaging tebal, beraroma lembut dengan citarasa manis.
4.     Tanaman genjah dan produktif, pada umur dua tahun sejak tanam sudah mulai berbuah.


Pohon Nangkadak



        Nangkadak telah diakui dan dilepas sebagai salah satu buah unggul Nasional dengan SK dari Menteri Pertanian RI No. 2828/Kpts/SR.120/7/2009 tahun 2008. Pemilihan pohon induk tunggal dan pemberian nama Nangkadak oleh Menteri Pertanian saat itu Dr. Anton Apriyantono pada tanggal 16 Januari 2005. Telah diperkenalkan (launching) pada saat Intenational Symposium for Tropical Fruits di Mekarsari pada tanggal 11 November 2008 yang dihadiri oleh praktisi pertanian dari negara-negara di dunia seperti : Amerika, Jepang, Thialand, Taiwan, Afrika Selatan dan lain sebagainya.
    Perbanyakan tanaman dilakukan dengan cara vegetatif dan dapat dilakukan dengan mudah. Untuk menjaga hak atas penemuan produknya Mekarsari telah mengajukan Nangkadak ke Pusat Perlindungan Varietas Tanaman (PVT) dan sedang tahap proses registrasi dan penyeleksian. 

  Budidaya Nangkadak relatif mudah, tanaman dapat beradaptasi dengan baik mulai dataran rendah sampai dataran tinggi (0 – 1500 m dpl), dengan syarat ketersediaan air yang cukup dan lahan subur. Tanamannya tahan terhadap hama dan penyakit, sehingga resiko kegagalan pada saat mengebunkannya kecil. Untuk budidaya nangkadak yang baik dan benar Mekarsari telah membuat kebun percontohan nangkadak di area kebun buah Blok A. Selain itu Mekarsari telah menerbitkan buku panduan yang diberikan secara gratis ketika konsumen membeli bibit nangkadak di Garden Center.

Minggu, 06 Oktober 2013

Kebijakan Kemtan tentang PRG


Nama               : Yuda Putra Anggara

NPM               : 1325010017

Jurusan            : Agroteknologi

 

Kebijakan Kementerian Pertanian Terkait Produk Rekayasa Genetik (PRG)

 

 

 

Tantangan Pembangunan Pertanian

 

Jumlah dan pertambahan penduduk Indonesia yang tinggi merupakan prioritas utama dalam mengembangkan pertanian Indonesia, khususnya pangan.  Dengan adanya dinamika di tingkat global akibat dari perubahan iklim, kelangkaan energi, finansial, telah merubah gagasan bahwa masalah pangan tidak dapat dipecahkan dengan hanya memperbaiki sistem distribusi pangan global, tetapi masing-masing negara harus memperkuat ketahanan pangannya.    Presiden SBY menegaskan kepada Gubernur, Bupati, Walikota, dan DPRD pada Rapimnas 10 Januari 2011 bahwa Meskipun dalam system perdagangan kita bisa membeli atau menjual, tetapi untuk pangan kita harus menuju kemandirian pangan.  Dalam menjawab review yang dilakukan oleh Tim OECD, Menteri Pertanian mengingatkan bahwa dalam Kebijakan Ketahanan Pangan tercakup kebijakan Kemandirian Pangandan Kedaulatan Pangan. Masalah pangan tidak boleh bertumpu pada ketersediaan pangan dari luar, tetapi harus bertumpu pada ketersediaan pangan dari dalam negeri, tidak boleh bertumpu pada Multi Nasional Coorporate. Investasi memang diperlukan untuk akselerasi pertumbuhan ekonomi nasional. Upaya peningkatan produksi pangan nasional harus dapat dimanfaatkan agar petani mampu memperoleh peningkatan pendapatan dan kesejahteraannya.

 

 

 

Dalam upaya mencapai kedaulatan pangan, pembangunan pertanian saat ini dihadapkan ke dalam berbagai tantangan yang harus dihadapi bersama. Pada komoditas padi dan jagung misalkan tantangan terletak pada meningkatnya laju konversi lahan pertanian menjadi lahan non-pertanian, belum seimbangnya antara ragam potensi pangan dengan ragam pangan yang dikonsumsi, dan kehilangan hasil akibat serangan OPT dan pada tahap pascapanen. Oleh sebab itu, program-program Kementerian Pertanian disusun untuk memecahkan masalah tersebut secara komprehensif.  Hasil simulasi target-target Kementerian Pertanian ke depan terletak pada (1) pengurangan susut panen 1,5 %/tahun, (2) penurunan konsumsi beras 1,5% per kapita/thn, (3)peningkatan produktivitas dari 5,1 ton/ha menjadi 5,7 ton/ha dan Indeks Panendari 1,5 menjadi 1,7 melalui perbaikan 18,8%/thn dari total jaringan irigasi, penggunaan pupuk berimbang  70% dari total luas tanam, benih varietas unggul bermutu minimal 60%, pengendalian OPT dengan PHT dan spot stop mencapai 70%, peningkatan intensitas penyuluhan 50% dari total desa, dan (4) penambahan luas sawah seluas 130.000 ha.  Target tersebut, disusun dari asumsi-asumsi yang logis atas dasar kemampuan yang ada dan keterlibatan sektor-sektor lain di luar Kementerian Pertanian baik dalam penyusunan simulasi maupun di dalam implementasinya ke depan.

 

 

Kebutuhan Terhadap BenihTanaman

 

 

  • Kebutuhan dan Status Pemanfaatan Varietas

 

Kementerian Pertanian mencanangkan empat target pembangunan pertanian yaitu (1) swasembada 5 komoditas pangan pokok, padi, jagung, kedelai, gula dan daging; (2)meningkatkan nilai ekspor untuk tanaman perdagangan, (3) upaya meningkatkan diversifikasi pangan terutama menggali sumber daya lokal, dan (4) meningkatkan kesejahteraan dan pendapatan petani. Upaya untuk mencapai target tersebut memerlukan bantuan teknologi yang tepat.

 

Dalam mendukung keempat program tersebut, khususnya teknologi perbaikan varietas/ras, program Penelitian Pengkajian Pengembangan dan Penerapan (Litkajibangrap) diperkuat mulai dari pengelolaan sumber daya genetik sampai ke teknologi perbenihan. Penguatan tersebut mencakup penguatan Bank Gen dan fasilitas penyimpanan SDG di UPT komoditas, karakterisasi dan evaluasi intangible value dari SDG lokal ke dalam teknologi, penguatan program pemuliaan termasuk membentuk konsorsium dengan perguruan tinggi dan lembaga penelitian lain seperti  BATAN, dan perluasan program diseminasi varietas ke daerah termasuk penguatan kapasitas penyediaan benih sumber bagi penangkar di daerah. Melalui upaya ini, dalam hal varietas tanaman pangan saja, tidak kurang dari 244 varietas padi, 54 varietas jagung, dan 58 varietas kedelai telah dihasilkan.  Sampai saat ini tingkat adopsi petani terhadap varietas unggul spesifik lokasi telah mencapai 90% untuk padi, 45% untuk jagung, dan 80% untuk kedelai.Oleh karenanya, Kemeterian Pertanian memandang benih dari varietas PRG hanya merupakan salah satu potensi alternatif untuk digunakan apabila memenuhi aspek keamanan hayati, tepat menjawab persoalan yang ada, dan memberikan nilai keuntungan bagi petani.

 

Dalam dua tahun terakhir Badan Litbang Pertanian telah banyak melakukan upaya ke arah hilir dari litkajibangrap, yaitu diseminasi teknologi ke wilayah operasional dilapang baik melalui kerjasama dengan berbagai pihak.  Peningkatan diseminasi teknologi tersebut telah menjadi tuntutan publik sebagaimana dilansir media masa.  Benih-benih varietas baru dari pemulia yang jumlahnya terbatas disampaikan kepada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian(BPTP) untuk diuji adaptasi bersama-sama dengan penyuluh dan pemerintah daerah sehingga dapat dipilih varietas mana yang cocok dan disukai oleh petani.   Hal ini dilaksanakan mengingat areal pertanian di Indonesia yang bersifat spesifik baik lingkungan fisik maupun preferensi masyarakat terhadap produknya. Dengan hasil ini, pemetaan terhadap kebutuhan teknologi varietas yang cocok dapat dibangun dan penyampaian benih dari pemulia tanaman ke penangkar lokal dapat dilakukan lebih cepat.

 

Jalur lain dalam diseminasi dan promosi varietas lokal adalah melalui gerakan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL).  Gerakan ini dicetuskan pertama kali oleh Menteri Pertanian dalam upaya meningkatkan kemampuan lokal dalam menyediakan kebutuhan berbasis kapasitas lokal.  Memang pada tahapan awal dari gerakan ini masih berorientasi kepada diseminasi hasil-hasil penelitian Badan Litbang Pertanian.  Namun ke depan, melalui kawasan ini hasil-hasil spesifik daerah yang sedang digali dapat dipromosikan.  Sebagai contoh, hasil kerjasama yang dilakukan oleh beberapa Pemerintah Daerah dan petani, seperti Pemda Provinsi Kaltim, Riau, dan Yogya, dengan Badan Litbang Pertanian untuk memperpendek umurvarietas padi lokal tertentu tanpa merubah mutunya.  Dengan demikian, status aset lokal tersebut dapat terangkat dan berperan lebih banyak dalam pembangunan pertanian.

 

Kegiatan penelitian rekayasa genetik dilakukan pada tanaman tertentu untuk menjawab persoalan yang dihadapi dan belum dapat dipecahkan melalui teknologi yang ada.  Kegiatan tersebut mencakup penelitian kloning gen yang berkaitan dengan sifat toleran terhadap kekeringan, umur genjah, dan produktivitas tinggi dari SDG lokal. Penelitian ini diharapkan selesai pada tahun2013, sehingga ke depan Indonesia tidak harus bergantung kepada negara lain, khususnya untuk tanaman padi.  Dalam hal perakitan tanaman, beberapa galur transgenik telah dihasilkan namun masih harus memenuhi proses penelitian untuk memperoleh data sebagaimana diwajibkan dalam pengkajian keamanan hayati sehingga tentu saja produk ini belum dapat dilepas ke publik.

  •  Peraturan tentang Pelepasandan Perlindungan Varietas Tanaman

 

Pelepasan varietas baru untuk tanaman, sebagaimana diamanatkan Undang-Undang nomor 12 tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah nomor 44 tahun 1994, harus dilakukan setelah melalui serangkaian uji adaptasi. Pelepasan varietas baru tersebut diatur melalui Keputusan Menteri Pertanian nomor 61 tahun 2011 tentang Pengujian, Penilaian dan Pelepasan Varietas Tanaman.  Setelah dilepas, maka perbanyakan dan distribusinya dapat dilakukan berdasarkan peraturan perundangan yang ada.  Khusus untuk tanaman PRG,pelepasan hanya dapat dilakukan apabila produk tersebut telah memperoleh status aman hayati.  Oleh sebab itu, tidak benar apabila suatu tanaman telah memperoleh status aman hayati, benihnya dapat dilepas ke publik tanpa melakukan proses pengujian varietas.  Atau sebalik, tidak dapat suatu benih varietas PRG dilepas tanpa adanya sertifikat aman hayati.

Sejalan dengan upaya percepatan penyampaian teknologi kepada pengguna, kebijakan pemanfaatan hasil penelitian mengalami penyempurnaan.  Diantaranya, peraturan yang berkenaan dengan pengujian, penilaian dan pelepasan varietas tanaman mengalami beberapa perubahan.  Namun, berkenaan dengan pemanfaatan varietas PRG, aspek keamanan hayati tetap menjadi prioritas sehingga tidak mungkin varietas dilepas tanpa adanya sertifikat keamanan lingkungan, keamanan pangan dan/atau keamanan pakan.  Pengujian adaptasi varietas PRG bisa saja dilaksanakan paralel dengan pengkajian keamanan hayati, namun pelepasannya masih harus ada atau tidaknya sertifikat keamanan.  Dalam hal penamaan varietas, varietas PRG diwajibkan mencantumkan nama eventnya untuk memudahkan tracking dan diwajibkan mencantumkan label sebagaimana diatur dalam tata cara pelabelan.

 

 

Penutup

 

Kebijakan Kementerian Pertanian dicerminkan pada  visinya untuk mewujudkan pertanian industrial unggul berkelanjutan yang berbasis sumberdaya lokal untuk meningkatkan kemandirian pangan, nilai tambah, daya saing, ekspor dan kesejahteraan petani. Untuk mencapai visi tersebut dibutuhkan seperangkat teknologi yang tepat untuk mengangkat posisi sumber daya genetik lokal, terutama yang mendorong kemandirian nasional dan kesejahteraan petani. Oleh karenanya, PRG diposisikan sebagai salah satu alternatif yang dapat dimanfaatkan secara hati-hati. Kehati-hatian ini tercermin dari persyaratan pemanfaatan produk tersebut harus melalui satu perangkat pengkajian keamanan.